Jatuhnya Yerussalem
ke tangan kaum Muslim sangat
memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan.
Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick
Barbarossaraja Jerman, Richard
si Hati Singa raja Inggris, dan Philip
Augustus raja Perancis memunculkan
Perang Salib III. Pasukan
ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan
Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang
terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal
di daerah Cilicia karena
tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju
Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari
Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang
kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis
untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal
Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih
jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember
1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut
dengan Shulh
al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang
Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
Pada tahun 1219 M,
meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam,
dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik
II, mereka berusaha merebutMesir lebih
dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan
dari orang-orang Kristen
Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya
antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil
melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di
sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut
kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai
oleh Dinasti Mamalik yang
menggantikan posisi Dinasti
Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun,
dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat
direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang
berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islamterusir dari sana.
Perang Salib
Kelima
(1217–1221) adalah upaya untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayahTanah Suci lainnya dengan pertama-tama menaklukkan Dinasti Ayyubiyyah yang kuat di Mesir.
(1217–1221) adalah upaya untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayahTanah Suci lainnya dengan pertama-tama menaklukkan Dinasti Ayyubiyyah yang kuat di Mesir.
Paus Honorius III mengorganisir
Tentara Salib yang dipimpin oleh Leopold VI dari
Austria dan Andrew II dari
Hongaria, dan sebuah serangan terhadap Yerusalem akhirnya
menyebabkan kota itu tetap berada di tangan pihak Muslim. Belakangan pada 1218,
sebuah pasukan Jerman yang dipimpin oleh Oliver dari Koln, dan sebuah pasukan
campuran Belanda, Vlams dan Frisia yang dipimpin oleh William I, Adipati Belanda tiba.
Untuk menyerang Damietta di
Mesir, mereka bersekutu dengan Kesultanan Rûm Seljuk di Anatolia, yang menyerang Dinasti Ayubi di Suriah dalam upaya
membebaskan Tentara Salib dari pertempuran di dua front.
Setelah
menduduki pelabuhan Damietta, para Tentara Salib berbaris ke selatan menuju Kairo pada Juli 1221, tetapi mereka berbalik
setelah pasokan mereka berkurang dan menyebabkan mereka harus mengundurkan
diri. Sebuah serangan malam oleh Sultan Al-Kamil menyebabkan kerugian besar di kalangan
Tentara Salib dan akhirnya pasukan itu pun menyerah. Al-Kamil sepakat untuk
mengadakan perjanjian perdamaian delapan tahun dengan Mesir.
0 komentar:
Posting Komentar